by

Antara Prump dan Trawowo

 
Tak hanya slogan. Strateginya meraih kekuasaan pun sama. Mereka sama-sama menggosok sentimen SARA, membuat orang merasa jijik pada yang berbeda padahal mestinya hal seperti ini dikubur dalam-dalam di negara yang plural ini. Ya, Prump dan Trawowo memang hanya memikirkan kekuasaan, nggak peduli strateginya itu menghancurkan bangsa.
Strategi berikutnya adalah dengan menciptakn musuh bersama untuk menegaskan strategi pertama. Ini sudah berhasil diterapkan di Pilkada DKI. Bagaimana sebuah isu digelindingkan. Senjatanya adalah materi video editan dari Buni Yani. Membuat orang bergerak dan beramai-ramai melabeli Ahok sebagai penista agama.
Kini keberhasilan metode jualan agama di DKI akan digunakan lagi. Bedanya sekarang yang harus dijadikan kambing hitam adalah Jokowi. Sedikit lebih sulit karena Jokowi adalah muslim yang taat. Itu tak diragukan lagi. Bahkan Trawowo sendiri yang pantas diragukan muslimnya, karena dia menjadi muslim itu disebabkan pernikahan dengan mantan diktator penguasa Orde Baru. Ketidakpahaman atas agama sering sekali ditunjukkan, seperti saat menunjuk putri seorang kiai untuk menjadi imam salat. Sedangkan seluruh keluarganya sampai sekarang pun masih non muslim. 

Untuk menjadikan Jokowi musuh bersma, dibuat fitnah bertubi-tubi dari mengaitkannya dengan PKI, melabelinya anti Islam hingga komunis, serta selalu mengaitkan dengan Cina/Tiongkok. Padahal Trabowo sendiri yang mesra-mesraan dengan Tiongkok hingga hadir dalam perayaan HUT negara itu. Berbagai skenario pun disusun untuk menjebak Jokowi agar terpeleset dan bikin kesalahan seperti Ahok.
Skenario pertama yaitu hoax penganiayaan Ratna Sarumpaet yang ternyata gagal total. Upaya ingin menekan Jokowi dengan kasus penganiayaan palsu itu terbongkar. Padahal semua tokoh kunci sudah memainkan peran dengan baik. Ada yang menyebarkan isu, ada yang membuat vlog, ada yang menyusun kronologi palsu, ada kelompok yang ramai-ramai melakukan konferensi pers.
Tapi sebaik-baiknya skenario manusia, tetap skenario Allah paling sempurna. Polisi mengendus adanya skenario yang dibuat dengan sengaja, dan kini kebenaran atas dugaan kuat itu sedang dicari lewat kesaksian orang-orang yang terlibat di kasus hoax yang besar dan memalukan itu.
Setelah skandal hoax terbongkar, kini kubu Trabowo ingin mengalihkan isu dengan berita yang heboh, salah satunya pernyataan tentang Kerajaan Majapahit dan Sriwijaya dan juga kebohongan-kegohongan yang lainnya, seperti biasa. Maka setelah ini, mari kita nantikan bersama manuver kebohongan- 
kebohongan demi satu tujuan : menjebak Pak Jokowi untuk 
terpancing dalam kekisruhan, sambil berharap Pak Jokowi tergelincir.

Berbohong memang sudah menjadi strategi sejak dulu dengan mengerahkan tentara-tentara di dunia maya. Tak kurang beberapa orang tentara itu sudah dijebloskan ke penjara akibat kebohongan-kebohongan yang dilakukan dengan brutal. Namun kubu Trawowo tidak kapok. Kebohongan dilakukan kepada siapapun termasuk kepada pendukung muslim. Trawowo berjanji akan mengikuti saran ulama dalam memilih capres, hingga digelar Ijtima Ulama I, tapi hasilnya diingkari karena tidak sesuai dengan keinginan. Akhirnya ulama yang didikte untuk meenggelar Ijtima Ulama II yang hasilnya sudah disiapkan sejak awal.

Dia juga berjanji akan membela ulama dalam kasus Rizieq, nyatanya tidak dilakukan. Rizieq sedang bermasalah di Saudi Arabia. Dia menjadi imigran gelap di sana namun Trawowo sama sekali tidak menolong Rizieq, padahal bisa saja dengan mudah dia selamatkan ke Jordania – tempatnya dulu melarikan diri saat dikejar dan akan diadili untuk kasus penculikan mahasiswa. Tampak sekali di sini sifat Trawowo yang juga sangat mirip dengan Prump, yaitu sama-sama tega mengorbankan anak buah. Ya, habis manis sepah dibuang. Banyak tim kampanye Prump yang sekarang dikorbankan menghadapi pengadilan untuk menutupi kecurangan. Trawowo juga begitu. Tak Hanya Rizieq yang dibiarkan menjalani pengasingan sendirian. Tapi Jonru, Buni Yani dan baru-baru ini Ratna Sarumpaet juga dicampakkan begitu saja setelah tak bisa lagi dimanfaatkan.
Indonesia belum pernah “great”, namun sekarang sedang menuju ke arah itu dengan banyaknya pembangunan di berbagai bidang. Hanya orang buta mata dan buta hati serta sakit jiwa yang tak mengakui kemajuan yang dicapai Indonesia saat ini. Dulu bukan Indonesia yang kaya dan maju, namun hanya keluarga Cendana. Kekayaan mereka tak habis tujuh turunan, sementara rakyat tetap miskin. Kini Trawowo untuk keempat kalinya maju sebagai calon presiden, didukung penuh mantan istrinya dan juga seluruh keluarga Cendana. Maka slogan Trawowo sebenarnya bukan “Make Indonesia Great Again” namun tepatnya adalah “Make Cendana Great Again”.
 
Akankah Indonesia kita serahkan kepada orang yang demikian?

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed