by

Antara Marah-marah, Bodoh atau Bau T*i

Tiga bulan setelah itu banyak berdatangan surat-surat senada yang menawarkan berbagai pinjaman uang juga. Bunga bervariasi sampai menawarkan lebih rendah dari pada yang pertama asalkan saya mau pindah ke perusahaan mereka. Herannya tidak ada jaminan yang diminta, tidak juga surat agunan rumah atau kendaraan beroda empat atau dua. Mereka percaya saja dengan grafik penjualan yang cenderung meningkat serta rekaman cash flow di rekening bank yang ada.

Ketika kemarin melihat video seorang anggota DPR yang marah-marah saat rapat dengan seorang Dirut Inalum, saya melihat sepertinya dia tidak paham akan permasalahan yang sebenarnya. Dengan gaya arogan yang mengusir sang dirut untuk keluar dari ruangan, dengan bahasa yang tidak pantas diucapkan dalam sebuah sidang terbuka. Dia marah karena menyangka si dirut plintat plintut karena mendapat pinjaman yang banyak untuk mengakuisisi saham Freeport, tanpa ada jaminan apa-apa. Tetapi sudah bisa terbaca, ketika seorang yang bodoh dan tidak mengerti akan sebuah persoalan, maka dengan cara berlagak marah-marah dan menempatkan diri menjadi superior adalah jalan keluar yang terbaik menurut dia.

Saya tidak begitu paham dalam bidang ekonomi tetapi paling tidak narasi yang saya tuliskan di awal, adalah begitu kira-kira. Ketika sebuah perusahaan menunjukkan kinerja yang baik, ramai-ramai orang akan meminjamkan modal tanpa perlu meminta agunan karena mereka memang sudah percaya. Apalagi dengan aset perusahaan yang trilyunan rupiah yang tersebar di mana-mana, sepertinya tidak perlu ada surat-surat bukti yang harus diletakkan di atas meja. Tinggal bagaimana perusahaan mengelola dana yang datang dan tersedia serta memutar balikkan sehingga bisa memperbesar keuntungan untuk kepentingan rakyat dan negara.

Akhirnya terbuka juga kedok si tukang marah-marah ternyata yah.. dia lagi, dia lagi, yang datang dari partai bemobekarat yang tidak jelas menempatkan posisi. Riwayat perjalanan karirnya kemudian dibongkar, ternyata pernah minta duit kepada Pertamina tetapi tidak diberi, sedangkan saudara kandungnya masuk penjara karena korupsi. Dan kemudian di ujung rapat yang berlangsung juga tanpa ada rasa malu-malu anggota DPR yang lain meminta untuk ikut menebeng saat perusahaan pelat merah membagi-bagikan dana CSR untuk rakyat di daerah di mana mereka terpilih. Mereka berdalih hanya sebagai usulan supaya tidak melupakan jasa mereka yang telah mati-matian ikut memberikan sumbangsih, disitulah kemudian saya seperti merasa mencium ada bau t*i.

Tabik.

Sumber : Status facebook B. Uster Kadrisson

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed