by

Antara Damaskus dan Surabaya

 

di damaskus tidak ada viral pengalihan isu, rekayasa sandiwara, dll. ISIS sukses menunjukkan sekaligus pamer eksistensinya di sana. “wahai dunia, ini lho, kami masih ada. saksikanlah, kami masih kuat mengadakan aksi bom.”

tapi untuk kasus bom di indonesia, kasihan ISIS, eksistensinya tidak diakui. sudah repot2 nyusun rencana, melakukan aksi dg lancar, masih saja tidak dianggap. kemampuannya diragukan. hasil pekerjaannya malah dianggap cuma pengalihan issu politik kalajengking dr pihak internal Indonesia sendiri.

bacalah buku “aku melawan terorisme” karya imam samudra, anda akan menemukan betapa sedih dan merananya dia gara2 aksi bom bali yg ia lakukan justru dibilang “rekayasa intelejen” “pengalihan issu”, dll oleh sekelompok orang indonesia.

sekilas ini menguntungkan kita. tapi sebenarnya justru membawa kerugian yg lebih besar. dg merajalelanya viral pengalihan issu, rekayasa sandiwara, dll, maka kewaspadaan masyarakat thd bahaya teroris sulit dibangkitkan. yg subur justru orang2 yg berpandangan nyinyir kpd aparat. pola “hit and run” makin mudah dilakukan teroris.

masyarakat menjadi acuh, tidak mau menganggap serius, dan tidak pernah menyiapkan narasi counter ideologi thd terorisme. maka jangan salahkan siapa2, kalo tiba2 nanti banyak orang tua yg terkaget2, tahu-tahu anaknya yg merantau ternyata terlibat masuk jaringan teroris, atau menjadi korban bom teroris.

kasihan rakyat indonesia.

tabik. 
Dr. Ali Imron
alumni S3 kajian timur tengah UGM

(silahkan share sebagai bahan utk menandingi viral2 dari pihak yg nyinyir kepada aparat. jangan biarkan dunia maya dipenuhi analisa teori konspirasi yg tidak jelas. bahaya terorisme itu nyata).

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed