by

Anomali Gelar Akademik

Oleh : Mamang Haerudin

Seberapa sering kita mengatakan kasihan, tidak tahu malu, putus urat nadinya dan ungkapan sindiran lainnya, anomali seputar gelar akademik akan terus terjadi. Kejahatan berbentuk plagiarisme sampai kemudian mendapatkan gelar akademik secara instan akan tetap berlangsung, entah sampai kapan, kelihatannya sampai hari kiamat. Bukan sesuatu yang mengherankan dan apalagi barang baru.

Begitulah hidup, akan selalu berpasang-pasangan. Ada baik ada buruk, ada siang ada malam, ada yang berproses ada yang instan dan seterusnya. Ada seseorang yang menempuh kuliah dengan penuh niat dan kejujuran, step demi stepnya dilalui dengan konsisten tanpa ada unsur kejahatan. Rintangan dan tantangan sudah pasti ada, tetapi ia terobos sebagai peluang. Ada yang kuliahnya asal, atau tidak kuliah sama sekali, hanya ikut ujian semester, lalu membeli gelar, dan saat wisuda namanya tercatat sebagai wisudawan.

Kejahatan dalam memburu akademik, tentu banyak cara dan muslihat. Semua orang yang tengah menempuh studi di Perguruan Tinggi berpotensi melakukan kejahatan dalam meraih gelar akademik dengan curang. Yang mampu menahan godaan kejahatan hanyalah kejujuran yang merupakan buah dari iman. Bahkan sampai bermuara pada jargon “ujung-ujungnya duit.” Apa pun bisa dibeli dan memang terjadi.

Belum lagi obral gelar akademik berupa Doktor Honoris Causa, berupa gelar Profesor secara masal. Di negeri yang segala kejahatan apa pun sangat mungkin terjadi, obral gelar akademik pun akan sangat mudah terjadi. Secara mendasar, sistem pendidikan dan kurikulum di Perguruan Tinggi punya kencenderungan membuat para mahasiswanya melakukan manipulasi dan anomali.

Gelar kehormatan Doktor Honoris Causa tidak lagi dianugerahkan karena seseorang punya dedikasi yang tinggi terhadap bangsa dan kemanusiaan. Yang dekat motifnya malah motif politik. Demikian juga gelar Profesor. Praktik-praktik jahat semacam ini akan semakin memperkeruh suasana, di mana pendidikan bangsa kita akan sulit mengalami kemajuan.

Termasuk apabila ada orang yang bangga akan banyaknya gelar akademik yang disandangnya, semuanya lumrah terjadi. Apakah ikhlas atau tidak, apakah pamer atau tidak, apakah dihasilkan dengan cara jujur atau tidak, apakah untuk keperluan agar naik jabatan, supaya dianggap pandai oleh orang lain, agar status sosialnya naik, dst, biar waktu dan Tuhan saja yang mengadilinya.

Tugas kita, terus berbuat baik dan jujur, terhadap apa pun kondisi kita hari ini, esok dan yang akan datang. Karena patokan kita adalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Rezeki, kehormatan, jabatan, status sosial dan lain sebagainya memang selama ini menjadi perburuan banyak orang, sampai tega sikut-sikutan dan menghalalkan segala cara. Apakah dilakukan oleh seorang dosen, atau siapa pun orang itu tanpa pandang profesi atau pun pekerjaan.

Wallaahu a’lam

Sumber : Status Facebook Mamang M Haerudin (Aa)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed