Oleh : Fadly Abu Zayyan
Saya sengaja mengambil judul yang mirip dengan tulisan lama saya menyikapi diumumkan wacana Muhaimin Iskandar sebagai calon pendamping Anies Baswedan pada Pilpres 2024 nanti. Dari beberapa puzzle status yang pernah saya unggah, sebenarnya sudah terlihat jelas bahwa semua skenario ini terdapat suatu agenda sebagai batu sandungan Cikeas.
m https://fb.watch/mMUy3kQ-W6/?mibextid=9R9pXO
Pada status bulan Januari lalu, ketika awal masih hangat nama Anies digandeng Surya Paloh, dan Muhaimin oleh Prabowo Subianto , saya sudah mengatakan bahwa keduanya sebenarnya telah dikunci oleh SP dan PS yang kemudian pada akhirnya untuk dipasangkan. Hal ini karena Anies dan Muhaimin sama-sama memiliki grass root sebagai potensial elektoral. Bedanya, yang satu adalah figur yang tidak memiliki partai, sedangkan satunya partai dengan basis massa kultural, namun pimpinan partainya adalah figur yang terlalu banyak catatan hitam untuk tidak layak dipilih.
Ya, orkestra antara PS dan SP ini sepertinya memang dirancang untuk menghadang Dinasti Cikeas. Kenapa begitu? Pertama, Rezim SBY harus menebus dosa besar terhadap negeri ini yang dalam sejarahnya, telah membukakan pintu dan memelihara kelompok ideologi transnasional yang mana afiliasi politiknya diwadahi oleh PKS. Dan yang kedua, Dinasti Cikeas sebenarnya memiliki logistik yang memadai untuk menaikkan putera mahkotanya meskipun sebagian besar aset itu masih terkatung-katung di luar negeri. Dan bisa dipastikan bahwa acara lelang lukisan SBY hanyalah gimmick dan pencitraan, bukan sedang butuh uang.
Dari jejak sejarah di atas, bisa dipastikan bahwa Demokrat akan berkoalisi dengan PKS. Anies yang pada Pilkada 2017 telah mampu membajak dan memanen apa yang telah ditanam Cikeas, motif bergabungnya Demokrat dan PKS dalam Koalisi Perubahan akan berusaha mengambil alih kembali grass root sebagai potensial elektoral kelompok pemilih politik identitas itu. Dan jika pada akhirnya Anies gagal untuk dijadikan tandem, Cikeas memiliki plan B untuk menggandeng Muhaimin yang sedari dulu dikenal sebagai politisi “pedagang tiket”.
Sayangnya, keduanya sudah dikunci oleh SP dan PS. Dan celakanya lagi bagi Cikeas, sepertinya Anies memang akan menjatuhkan pilihannya pada Muhaimin. Alhasil, ini semua akan mengubur mimpi Cikeas.
Jadi, yang sebenarnya dijegal (dan memang layak) adalah Dinasti Cikeas. Bukan partai politik yang akhir-akhir ini jumawa dan playing victim merasa dikeroyok.
Lalu, bagaimana dengan mereka yang sudah terlanjur mencaci Anies Baswedan dan Surya Paloh? Ya kita dimaklumi saja karena mungkin belum paham. Apalagi yang sudah menuding para pendukung Jokowi yang saat ini mulai bersimpati terhadap Prabowo dengan julukan menjijikkan menjilat ludah sendiri. Siap-siap saja mereka untuk meminum ludahnya yang selama ini ditumpahkan untuk mencibir dan telah terkumpul sebaskom. Lebih menjijikkan yang mana?
Sumber : Status Facebook Fadly Abu Zayyan
Comment