by

Alangkah Sabarnya Polisi Kita

AKAN TETAPI saya yakin masih banyak polisi yang tegas dan ingin menegakkan hukum. Keamanan umum kita relatif terjaga. Angka kriminalitas sudah tak semenghebohkan dulu. Tapi aksi oknum yang minoritas, problematik dan bermasalah sering mengotori mayoritas yang bersih.
“Nila setitik rusak susu sebelanga, ” kata pepatah. Kalau di lembaga kepolisian, saya yakin tidak hanya “setitik”. Melainkan “banyak titik”. Titik titiknya malah “merata”. Sehingga citra yang rusak bukan hanya “sebelanga”, melainkan “seIndonesia”.
Seorang teman pengusaha berkata, ” Sama polisi kita jangan bermusuhan. Tapi juga jangan bersahabat. Pokoknya kita jangan terlalu dekat, ” katanya.
Dia bicara berdasarkan pengalamannya sendiri: “Kalau bermusuhan kita dibikin susah, tapi kalau kelewat dekat, beban hidup mereka ditanggungkan ke kita juga, ” katanya.
DALAM menghadapi ormas radikal saya mencoba berbaik sangka. Penanganan mereka memang tidak mudah. Mereka jadi berani – ngelunjak dan nekad menentang aparat karena ada backingnya. Dari kalangan elite.
Lihat saja setiap kali disusudutkan, orang orang seperti Fadli Zon, Fahri Hamzah, Rocky Gerung, para pembela HAM langsung menyalak begitu kencangnya. Juga kaum oposan yang sakit hati pada pemerintah. Didukung korporasi media yang dikuasai oleh konglomerat bermasalah.
Polisi jadi hati hati – tak mau terpancing oleh insiden yang akan membesar menjadi masalah nasional.
Di Tunisia revolusi yang merunruhkan pemerintah – “Arab Spring” – yang merambat ke negara tetangga – dimulai dari pedagang kaki lima yang membakar diri karena dagangannya ditertibkan oleh polisi pamong praja setempat.
Di Suriah revolusi dan kehadiran ISIS dimulai dari ekspose foto bayi yang konon tewas oleh tentara Suriah. Lalu berkobar jadi kerusuhan massal dan berujung membakar negeri.
Campur tangan Amerika dan Russia membantu kubu yang bertikai meluluh lantakkan negeri itu, menimbulkan gelombang pengungsi ke Eropa. Negara pun hancur.
Indonesia punya banyak sekali bibit keributan dan potensi bertikai berlatar belakang SARA. Jangankan di antara umat Islam – Kristen atau Pribumi dan Non Pribumi. Di antara Islam sendiri bisa saling aniaya. Dalam kasus Madura terbaru – yang mengintimidasi keluarga Mahmud MD, pelakunya mengaku sebagai santri. Padahal Mahfud MD menguasai ilmu keIslaman, sering jadi khotib dan ahli tata negara. Menguasai ilmu yang dikuasi para santri.
Tapi tokh dia diintimidasi oleh sesama muslim, sesama santri. Orang Islam diintimidasi oleh orang (yang mengaku) Islam!
 
Sumber : Status Facebook Supriyanto Martosuwito

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed