by

Al Qur’an Itu “Kitab Liberal”

Oleh: Sumanto Al Qurtuby
 

Jika kata “liberal” atau “liberalisme” diartikan sebagai sebuah pandangan dunia atau filsafat sosial-politik yang dibangun diatas ide-ide tentang kebebasan individu (freedom / liberty) dan kesamaan (equality / egalitarianisme), maka Al-Qur’an sejatinya adalah sebuah “Kitab Liberal”. Sudah lama saya berpandangan bahwa Al-Qur’an adalah sebuah “korpus terbuka” dan “teks dinamis-dialogis” yang penuh dengan ajaran-ajaran tentang toleransi, pluralisme, kebebasan, perdamaian, persamaan, dan seterusnya.

Sayangnya, oleh sejumlah kelompok Muslim “unyu-unyu” yang otaknya masih “orisinal” karena malas berfikir dan menggali “harta karun” kebudayaan, peradaban, intelektualisme, dan misteri-misteri yang tertimbun di dalam samudra Al-Qur’an, kitab agung ini kemudian seolah-olah menjelma menjadi “buku mati” yang anti-dialog, kontra-kemanusiaan, anti-pluralitas dan seterusnya.

Coba perhatikan sejumlah diktum yang sangat revolusioner dalam Al-Qur’an, misalnya tentang larangan pemaksaan dalam beragama serta pemberian kebebasan individu untuk beriman dan tidak beriman. Bukankah ini sangat liberal dan revolusioner? Sekitar 15 abad yang lalu, Al-Qur’an sudah mewacanakan tentang pluralisme agama. Jika 15 abad kemudian, ada sejumlah kelompok umat Islam yang justru anti-pluralisme dan toleransi agama, maka jelas mereka telah melanggar pesan moral, etika, norma, dan mandat Al-Qur’an.

Bukankah dulu Nabi Muhammad pernah meminta tolong kepada Tuhan untuk “mengislamkan” pamannya, Abu Thalib, tapi malah “ditolak” dengan halus oleh-Nya? Karena memang buat apa sih repot-repot (apalagi ngotot-ngotot sambil bawa pentungan) “mengislamkan” orang lain? Umat Tuhan kan banyak sekali dan warna-warni: agamanya, suku-etnisnya. Emang mereka umatnya siapa kalau bukan umat-Nya? Tugas utama Nabi Muhammad juga bukan untuk “mengislamkan dunia” tetapi untuk memperbaiki ahlak manusia yang bejat dan meruwat moral manusia yang tidak manusiawi sehingga mereka betul-betul “menjadi manusia” yang utuh bukan “setengah manusia”.

Al-Qur’an juga menandaskan tentang pentingnya persamaan politik dan egalitarianisme ekonomi. Al-Qur’an mendobrak dan mengobrak-abrik sistem politik-ekonomi berbasis tribalisme di Makah dan Jazirah Arab yang sangat diskriminan, tidak adil, pro-elit, dan anti-kerakyatan. Al-Qur’an dengan tegas mengutuk para elit politik dan penguasa ekonomi yang tidak pro-rakyat serta tidak peduli dengan nasib dan penderitaan “wong cilik” yang menggelepar kelaparan karena kemelaratan. Al-Qur’an mengutuk para kapitalis, orang-orang kaya penimbun harta sementara tetangga mereka menderita busung lapar. Doktrin “tauhid” yang menegaskan tentang “keesaan Tuhan” sejatinya adalah untuk memberantas mentalitas orang-orang yang masih menuhankan harta, suku, jabatan dlsb.

Masih banyak contoh-contoh teks, ajaran, norma, dan wacana Al-Qur’an yang menunjukkan sebagai sebuah “kitab liberal”. Keriting nanti jari saya kalau harus menulis semua di Facebook. Akhirul kalam, jika 15 abad yang lalu saja pesan-pesan moral Al-Qur’an sudah sedemikian liberal dan revolusioner, seharusnya 15 abad kemudian, umat Islam berpikiran lebih maju, intelek, pluralis, dan humanis, bukan malah tersungkur dalam pola-pikir “zaman purba” dan perilaku “zaman batu”. Mikir lagi yuk…

Jabal Dhahran, Arab Saudi

 

(Sumber: Facebook Sumanto AQ)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed