by

Aksi Bela Islam dan Ragam Keteladanan Rasulullah

Oleh Rizal Mumazziq

Anakku, serpihan kisah akhlak Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam manakah yang membuatmu haru dan menangis? Kuharap, anakku, tangis itulah yang bisa menjadi saksi di akherat kelak bahwa engkau merindukan beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam. Airmata rindu….

Anakku, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sangat mencintai anak-anak kecil seperti dirimu. Beliau memiliki sahabat-sahabat cilik yang lucu-lucu. Ada Anas bin Malik yang menjadi abdi ndalem beliau. Kau tahu abdi ndalem? Kita menyebutnya pembantu. Tapi Rasulullah tidak pernah memperlakukan sahabat cilik bernama Anas bin Malik ini sebagai pembantu. Anas bin Malik ini juga memiliki adik kandung bernama Abu Umair yang suka memelihara burung. Ketika Nabi Muhammad berkunjung ke kediaman Abu Talhah, bapaknya Abu Umair, beliau bertanya, “Wahai Abu Umar, bagaimana kabarnya an-Nughair (burung pipit kecil) peliharaanmu?”

Rasulullah keren ya, masih sempat memperhatikan mainan kesukaan sahabat ciliknya. Ada juga Zaid bin Tsabit yang hafalan al-Qur’annya disimak oleh beliau, ada juga keponakan beliau, Abdullah bin Abbas, yang sangat cerdas. Ada juga Abdullah bin Umar. Usamah bin Zaid bin Haritsah dan sahabat-sahabat cilik lainnya. Mereka mencintai Kanjeng Nabi, dan beliau shallallahu alaihi wasallam juga mencintainya.

Kanjeng Nabi Muhammad itu nggak pernah galak sama anak-anak kecil sepertimu, anakku. Ada anak kecil namanya Zainab, oleh beliau sering dipanggil dengan nama Zuwainab, Zuwainab (Zainab cilik). Pernah juga beliau menggendong cucunya, Umamah putri Sayyidah Zainab, sembari shalat. Pada saat beliau bersujud, Umamah didudukkan di sampingnya. Beliau pernah bermain kuda-kudaan bersama cucu beliau yang lincah, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husain. Melihat Kanjeng Nabi bertindak sebagai kuda tunggangan, seorang sahabat beliau berkomentar, “Alangkah indahnya tungganganmu, wahai Hasan dan Husain?”

Baginda Rasulullah hanya tersenyum sambil tetap melanjutkan aktvitas momong cucunya. Sahabat beliau lainnya malah memuji, “Dari mana asalnya tungganganmu ini, wahai Hasan Husein? Itu adalah punggung yang telah sampai di Sidratul Muntaha?”
Besok, kapan-kapan ayah akan menjelaskan apa itu Sidratul Muntaha. Sekarang ayah lanjutkan cerita ayah.

Kau tahu anakku, manakala beberapa kartunis Denmark ramai-ramai ingin menggambar baginda Rasululllah shallallahu alaihi wasallam dengan imajinasi kotor mereka, kita marah, jelas marah. Tapi apakah kita melawan dengan anarkis? Tidak. Itu tidak akan menyelesaikan masalah, anakku. Ingatlah kalimat indah dari Syaikh Muhammad al-Ghazali dalam ‘Jaddid Hayatak’ bahwa samudera tidak akan pasang gara-gara dilempar kerikil oleh seorang bocah.

Banyak yang melakukan tindakan anarkistis menyikapi kartun tersebut. Tapi, tahukah engkau anakku, ada kisah keren menanggapi karikatur yang sangat tidak sopan tersebut. Ya, kisah sekelompok anak-anak muda Inggris yang memutuskan membagikan mawar dan buku-buku biografi Nabi Muhammad kepada orang awam yang berlalu lalang. Ini langkah cerdas, anakku. Melawan dengan buku adalah salah satu cara yang paling beradab. Sukakah kau? Kuharap demikian.

Ada juga kisah lain manakala Habib Ali al-Jufry yang memutuskan berangkat ke Denmark dan menemui salah satu karikaturis yang menggambarkan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam secara konyol. Apakah keturunan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam itu langsung memukul dan mencaci maki sang kartunis? Oh tidak. Jelas itu bukan metode akhlak warisan datuknya. Habib Ali Al-Jufry dengan lembut menjelaskan akhlak, kemuliaan, dan karakteristik Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Penjelasan yang membuat kartunis itu terdiam dan tidak menyangka betapa mulianya tokoh yang ia karikaturkan…

Sudah cukup? Belum anakku. Habib Umar bin Hafidz, keturunan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang murah senyum itu pernah mendarat di Denmark. Manakala rombongan menginjakkan kaki di bandara, tiba-tiba beliau disambut dengan pembacaan shalawat Nabi oleh sekelompok muslimin Denmark, hingga beliau menoleh ke Habib Salim, putranya, lalu berkata “Bahkan, di negara yang kartunisnya pernah menggambar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ini, kau lihat anakku, kita disambut dengan pembacaan shalawat Nabi…”

Mana, manakah anakku, kisah yang membuatmu menangis? Apakah ketika Baginda Rasulullah ShallAllahu ‘alaihi wasallam yang dilempari batu dan kotoran oleh penduduk Thaif tapi beliau menolak tawaran Jibril yang mau memporakporandakan seisi kota?

Atau cerita saat beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam menolong Abu Lahab yang terperosok lubang jebakan bikinannya sendiri, padahal lubang mengerikan itu ditujukan untuk mencelakakan keponakannya yang mulia tersebut? Atau saat beliau ShallAllahu ‘alaihi wasallam menjenguk seseorang yang setiap hari melempari beliau dengan kotoran, kisah yang mana anakku? Atau kesabaran beliau menghadapi blokade dan embargo kaum Quraisy Itukah??
Mungkin engkau suka kisah lain, tatkala manusia mulia itu dengan tangannya sendiri menambal pakaiannya yang robek, memperbaiki sandalnya sendiri, beristirahat di atas alas yang kasar, dan tiada pernah merepotkan sahabat-sahabatnya? Atau cerita ketika Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengganjal perutnya yang lapar dengan kerikil yang diikat sehelai kain, hingga para sahabat menyangka itu bunyi gemeretak persendian beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam? Kisah yang mana yang kau suka, buah hatiku?

Apakah kisah lain saat Rasulullah ShallAllahu ‘alaihi wasallam mencium tangan tetua kaum Anshar yang telapak tangannya mengeras gara-gara mencari nafkah? Atau, saat beliau ShallAllahu ‘alaihi wasallam yang kakinya membengkak dengan ketekunan ibadah malamnya, saat ditanya oleh Sayyidatuna Aisyah RadliyAllahu ‘anha beliau menjawab, duhai kekasihku, salahkah aku bila menjadi hamba yang senantiasa bersyukur? Inikah kisah yang menggetarkan hatimu, atau kau ingat kisah manakala berangkat ke medan perang beliau sengaja membelokkan rute pasukan karena tidak mau mengganggu keasyikan anjing yang sedang menyusui anaknya?

Atau tentang akhlak beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam yang dengan telaten menyuapi seorang Yahudi sepuh yang buta dan selalu mencaci maki junjungan kita itu? Meskipun sejujurnya ayahmu ini belum menjumpai kisah tersebut dalam versi yang valid di sirah nabawiyah. Atau kisah lain manakala Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tiba-tiba dicelakai seorang Yahudi hingga nyaris terjungkal, dan manusia agung itu mencegah Sayyidina Umar yang mau menindak tegas Yahudi kurang ajar itu? Atau kisah bagaimana pria yang senantiasa menampilkan wajah tersenyum menyenangkan itu memberikan amnesti massal ketika Fathu Makkah yang oleh sahabat beliau disebut “Yaumul Malhamah” lalu direvisi beliau menjadi “Yaumul Marhamah”? Aduh, dalam peristiwa pembebasan kota mulia ini, bukankah kita juga ingat Hindun bint Utbah yang menjadi kanibal dalam Perang Uhud dengan mengunyah jantung Sayyidina Hamzah dan membuat junjungan kita sangat sedih, tetapi beliau juga memberikan amnesti kepada wanita perkasa itu dan memuliakan Abu Sufyan, yang loyalitasnya kemudian teruji dalam Perang Hunain? Kasih sayang, anakku, inilah ajaran dari manusia agung itu. Rekonsiliasi akbar dalam Pembebasan Makkah…

Bagaimana anakku, sudah kau temukan kisah yang membuat sepasang matamu menganak sungai? Mungkin saja kau suka membaca bait kisah tentang Sayyidina Abu Bakar yang dengan setia mendampingi beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam saat hijrah dan dengan gerakan yang khas beliau mendampingi Baginda Shallallahu ‘alaihi wasallam di kanan, kiri, depan dan belakang demi melindungi junjungannya itu? Atau ketika ayahanda ummul mukminin Aisyah Radliyallahu ‘anha itu bersama Sayyidina Umar bin Khattab; ayahanda Sayyidatuna Hafshah, itu menahan tangis saat melihat kesederhanaan kehidupan manusia termulia itu, meski kunci perbendaharaan Barat dan Timur tergenggam di tangannya?
Atau, ah ini yang membuat kita iri anakku, ketika Sayyidina Ukasyah bin Mihsan yang dengan cerdik nan dramatik disertai alasan qishash bisa mencium tubuh mulia baginda Muhammad ShallAllahu ‘alaihi wasallam itu. Kau ingat cerita ini? Kuulangi sekali lagi, Sayyidina Ukasyah yang bisa memeluk dan mencium tubuh manusia termulia itu. Aduhai, begitu mengharukan…..

Bagaimana, apa tentang Sayyidina Bilal yang memilih berjaga di ribath di Syam dan tak mau lagi menjadi muadzin gara-gara setiap kali ia mengumandangkan adzan, suaranya tercekat tak mampu melanjutkan kalimat “Asyhadu Anna Muhammad Rasulullah” saking rindunya beliau pada Abul Qasim Muhammad ShallAllahu Alaihi wasallam…

Sudah anakku? Kau sudah menemukan serpihan Sirah Nabawiyah yang membuat bolamatamu mengembun? Temukan, anakku, karena tangismu itu menjadi bukti dan bola matamu menjadi saksi di akherat kelak, bahwa engkau merindukan Baginda Rasulullah Muhammad ShallAllahu ‘alaihi wasallam..

djember, 11 rabiúl awal 1436 H/ diperbarui 10 rabiul awal 1438

Sumber : Facebook Rizal Mumazziq

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed