by

Akibat Salah Fahami Makna Toleransi

Untuk itu memang tidak mudah. Langkah pertama yang amat berat dilakukan adalah meminimalisir kecurigaan-kecurigaan antar umat beragama. Sudah mafhum bahwa ekspansi agama dalam bentuk apapun pasti menimbulkan riak2 bahkan konflik. Islamisasi dan kristenisasi bisa jadi contoh. Untuk itu sudah lahir aturan main dalam bentuk hukum. Nah, sekarang tinggal usaha-usaha lain dari sisi etik. Analogi dalam aspek keselamatan di sebuah gedung, bila hukum adalah “emergency exit”, etik adalah rambu2 keselamatan. Nah, etik ini dalam kultur kita ada dalam konsep ‘tepo seliro’, asah-asih-asuh dsb.

Tulisan mas Arif Nur Kholis soal misi kemanusiaan MDMC (muslim) di area penduduk terdampak bencana mayoritas non-muslim, yang dikutip oleh Iqbal Aji Daryono dalam tulisannya soal kristenisasi dan islamisasi dapat menjadi contoh di mana etika menjadi panduan.

Nah, ‘tepo seliro’ toleransi ini saatnya kita tingkatkan menjadi ‘guyup’, ‘gotong-royong’ kerjasama. Ini dicontohkan oleh Muhammadiyah (tokohnya Pak dr. Sudibyo Markus) yang menginisiasi dan memotori Humanitarian Forum Internasional dan Humanitarian Forum Indonesia (HFI) yang berisi lembaga-lembaga kemanusiaan lintas agama. HFI bekerjasama dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan kemanusiaan khususnya bencana. Di mana ada bencana, HFI ada untuk membantu. Contoh teknis kecil, bila ada isu pelanggaran hukum soal penyebaran agama di area terdampak bencana, HFI sangat berperan dalam klarifikasi dan solusi. Jadi sudah ada buktinya.

Beda agama dan kerjasama? Bisa!

Sumber : Status Facebook Alim dengan judul asli kembangkan toleransi jadi kerjasama

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed