by

Agnez Mo : I Grew Up Singing at Church

Lalu Kevan Kenney bertanya serius: “you are a little bit different than everybody else, huh?”

“Ya. Saya tidak punya darah Indonesia, apa pun itu. Saya sebetulnya Jerman, Jepang, dan Cina. Saya hanya lahir di Indonesia. Dan saya juga Kristen. Kamu tahu kebanyakan orang Indonesia beragama Islam. Jadi, saya selalu berada dalam keadaaan, enggh, ….kamu tahu…, saya, engh, saya…, saya tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa saya bukan bagian dari mereka…, karena saya selalu merasa bahwa mereka menerima saya apa adanya. Tapi selalu ada perasaan bahwa saya tidak seperti mereka.”

Melepaskan jawaban Agnez dari pertanyaan Kevan—seperti dipamerkan secara tolol oleh beberapa empunya warta—adalah kesesatan. Kevan minta penegasan bahwa Agnez sedikit berbeda dengan orang Indonesia kebanyakan. Agnez mengonfirmasinya. Itu yang pertama.

Yang kedua, kita masih mendua untuk menetapkan apakah darah Cina bagian dari Indonesia atau bukan. Tapi jelas dan pasti kita bersepakat bahwa darah Jepang dan darah Jerman bukan bagian dari darah Indonesia. Karenanya, apa yang salah dari pernyataan Agnez? Perempuan itu tentu orang Indonesia karena dia lahir dari peranakan Jerman-Jepang-Cina yang berkewarganegaraan Indonesia. Tapi ras, yang darimana Agnez berasal, bukan Indonesia. Ada yang berani bantah?

Ketiga, pernyataan Agnez harus diletakkan pada konteksnya. Yang mana? Pernyataan pada bagian pembuka tulisan ini. Itu mukadimahnya. Terhitung tegas, bahkan.

Bahwa dari ancaman neraka, yang mungkin dihujah sebagian orang Kristen kepada para penerima dan pengusung adat-tradisi, Agnez memilih untuk merengkuh Indonesia ke dalam dirinya dan menyusrukkan kepalanya ke pangkuan Bunda Pertiwi. Sehingga, pernyataan kedua harusnya dibaca begini:

“Meski keIndonesiaanku begitu tipis karena hanya lahir dari Ayah dan Ibu yang berkewarganegaraan Indonesia, tapi aku milik Indonesia. Aku memuja Indonesia. Seluruh instrumen tradisi hadir di sekujur karyaku.”

Di video klip “Diamond” Agnez menghadirkan Jaipongan. Itu pasti haram, musyrik, buat 212 beserta gerombolannya. Itu juga dianggap “kuasa gelap” oleh sebagian orang Kristen.

Agnez tak peduli. Cintanya kepada Indonesia membara melebihi api neraka.

(Duh, penalaran pas-pasan kayak kalian kok berani-beraninya menyatakan yang itu kafir, yang ini haram. Makanya saya ngakak guling-gulingan saban dengar orang Kristen menyimpulkan bahwa Sodom dan Gomora dihujani belerang oleh Tuhan karena rakyatnya ber-LGBT)

Rene’o. Deketin cangkemmu biar aku sun.

Sumber : Status facebook Sahat Siagian

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed