by

Agama, Pengendalian Diri dan Radikalisme

Persis di situ soalnya. Agama tidak berdaya membuat Anda lebih baik. Keputusan final berada di tangan Anda sendiri. Andalah penentu kebaikan maupun kejahatan, bukan Agama. Entah seberapapun agungnya nilai-nilai dalam agama yang Anda anut, semua terlihat hina ketika Anda mengingkarinya. Jadi, apa guna agama?

Tahun 1687 Isaac Newton memublikasikan karyanya dalam buku bertajuk Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica. Tiga laws of inertia dipampangkan di sana. Isinya tentang gerak, gaya, vektor dan kesalingpengaruhan di antara mereka. Tiga hukum tersebut kelak digunakan dalam perencanaan konstruksi gedung, jembatan, menara, dan bangunan-bangunan menjulang serta canggih lainnya. Kekokohan konstruksi dapat dipastikan serta terukur untuk menahan beban maupun guncangan gempa.

Tapi tahukah Anda bahwa ada ratusan bangunan-menjulang telah dibangun sebelum Isaac Newton mengumandangkan Laws of Inertia? Pernah ke Srilanka? Pasti Anda sempatkan diri berkunjung ke Ruwanwelisaya, bangunan bertinggi 28 meter. Atau, tengok juga Porta Nigra yang berdiri pada 180 BC. Tak ketinggalan Knossos di Gerika, berdiri pada 1300BC.

Jembatan? Jembatan tertua di dunia yang masih digunakan adalah jembatan lengkung single slab-stone di atas sungai Meles di Izmir (dahulu Smyrna), Turki, yang berasal dari c. 850 SM. Sisa jembatan Mycenaean, c. 1600 SM, ada di lingkungan Mycenae, Gerika di atas Sungai Havos.

Bingung? Jangan!

Isaac Newton menyimpulkan apa yang telah dikerjakan nenek-moyang kita. Sebelum Newton, gedung-gedung telah berdiri. Bedanya, konstruksi bangunan sesudah Newton didirikan dengan penggunaan bahan yang terukur, tidak boros, sehingga menghadirkan cost efficiency.

Kehidupan di Nusantara baik-baik saja sebelum agama-agama besar itu datang. Bedanya, sekarang kita memiliki rujukan tercatat, sistematis dan padat. Selebihnya sama. Mereka mengajarkan kebaikan, demikian juga nenek moyang kita. Hidup kita baik-baik saja sebelum agama eksis, dan seharusnya akan tetap baik-baik saja bersama agama atau pasca-agama. Sebab bukan agama yang menjadi penentu, tapi kamu. Aku? Iyaaa, kamu.

“Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.”

Sumber : Status Facebook Sahat Siagian

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed