by

Agama Lagi yang Jadi Tameng

BMKG sudah memprediksi curah hujan tinggi. Tapi antisipasinya kacau. Akibatnya rakyat jadi korban. Harta bendanya hanyut. Korban jiwa melayang.

Wajar orang kecewa. Wong mereka membayar pajak. Buat gaji Anies. Masa gak boleh kritik?

Tapi sama Aa Gym, disamakan dengan ghibah. Mencari-cari kesalahan orang. Wong gak usah dicari, kesalahannya sudah terang benderang. Nongol sendiri.

Agama memang melarang ghibah. Membicarakan kejelekan orang yang gak ada hubungannya dengan hidupmu. Kalau ada temanmu yang tidurnya ngiler, lalu kamu ceritakan bahwa ilernya mengandung api. Dan bisa membakar tempat tidur. Itu namanya ghibah. 

Dia mau ngiler atau gak. Gak ada hubungannya denganmu.

Tapi kalau ada ketua RT gak amanah sama duit iuran warga. Sehingga iuran sampah gak dibayarin, dan sampah numpuk. Jadi sumber penyakit. Warganya wajib protes. Karena kelakuan itu berdampak sistemik pada kesehatan lingkungan.

Apalagi pemimpin yang lalai. Justru wajib dikritisi. Agar dimasa depan gak lalai lagi. Mengkritisi pemimpin gak sama dengan ghibah. Itu bagian dari demokrasi.

Anies dibully karena ia Gubernur Jakarta. Yang punya tanggungjawab pada kehidupan jutaan rakyat. Bukan karena pribadinya. Tapi Aa menganggap mengkritik Gubernur sebagai ghibah. Seolah kritik pribadi.

Inilah repotnya. Etika individu dijadikan ukuran untuk menilai persoalan publik.

Dengan logika Aa, bahwa orang yang dibicarakan keburukannya akan jadi ladang pahala di akhirat. Tentu Rainhard Sinaga senang. Anies cuma dibicarakan senusantara. Reinhard diomongin orang sedunia. Pasti pahalanya lebih besar.

Ahok malah diserang 7 miliar orang. Yang sama sekali gak ngerti konteks pidatonya. Seharusnya menurut Aa, Ahok dapat pahala juga. 

Firaun, Namrud dan Abu Lahab malah sejak dulu dibicarakan Alquran keburukannya. Umat Islam mengingat-ingat keburukannya. Disampaikan di berbagai kajian agama. Apa itu jadi ladang pahala juga bagi ketiga tokoh itu?

Tapi bagi Aa, Anies memang harus dibela. Kalau jaman Ahok, Jakarta banjir. Di mata Aa yang salah Ahok. Bisa masuk neraka.

Ketika Anies memimpin, Jakarta banjir. Justru Anies berpahala. Keren banget, kan?

Aa mengajarkan kita, bahwa ‘syarat dan ketentuan’ berlaku dalam agama. Mirip kupon berhadiah dalam brosur. Agama punya perlakuan berbeda-beda. 

Surga dan neraka bisa diarahkan. Pahala dan dosa bisa dikondisikan. Sama teman, cingcailah.

Inilah kita. Yang mengadon agama sesuai orientasi politik. Ukuran dan standarnya gak jelas. Tergantung kepentingan.

“Mas, Anies ini keren, ya. Saat merebut kursi Gubernur, agama diplintir buat politik. Saat gak bisa kerja, agama lagi yang jadi tameng,” ujar Abu Kumkum.

“Iya Kum.”

“Aa suka standar ganda, ya mas. Apa-apa ganda terus. Betul tidak?”

Ghibah kamu Kum…

(www.ekokuntadhi.id)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed