by

Ada Apa Dengan Kita?

Kegilaan justru terletak pada negara. Pemda sebagai kepanjangan tangan negara adalah pihak paling bertanggung jawab. Mereka dipilih dan diangkat oleh sistem demokrasi kita bukan untuk menjadi pelacur. Menjual badannya demi nafkah.

Mereka, Pemda, benar telah melacurkan diri demi dirinya sendiri. Pemda memilih jalan paling mudah, paling aman hanya demi kepentingan badannya sendiri. Mereka tidak mau ambil resiko menegakkan keadilan dan kebenaran sesuai hukum. Mereka takut terhadap kaum aneh itu. Mereka hanya mencari aman bagi badannya sendiri. Mereka, pengecut.

Kini, para penganut Sunda Wiwitan, kepercayaan lokal, agama asli orang Sunda yang berusia ribuan tahun itu harus kembali berjuang. Bukan hanya melawan kegilaan kaum berpaham baru segelintir saudaranya, mereka juga harus bersiap dibenamkan lebih dalam lagi oleh negara.

Kemana arah kebersamaan kita sebagai sebuah masyarakat akan berakhir, tak terlalu sulit membacanya bila cerita seperti itu tak kita lawan.

Apakah kita akan diam? Saya akan terus bersuara.

Saya hanya ingin keramahan kita Nusantara bukan tinggal cerita masa lalu yang menjadi dongeng bagi anak dan cucu, dan kita tuturkan dengan linang air mata.

Saya hanya ingin kebersamaan kita sebagai sebuah masyarakat menjadi nyata dan hidup ditengah kita.

Saya, anda, dan kita semua tak pantas menuju era dimana kita akan menggendong sendiri jasad ibu, ayah, anak, istri dan suami kita menuju liang lahat hanya karena saat ini, SEKARANG, kita abai, KITA DIAM.

Mungkin anda dan saya tak kenal satu dengan yang lain, namun ketika senyum dan sapa saling kita berikan kepada siapa saja saat kita berpapasan, sama seperti yang biasa dilakukan orang tua kita dahulu, mungkin saya, anda dan kita telah berkenalan dan saling bersapa dalam kemanusiaan.

Itulah seharusnya kita, itulah seharusnya Indonesia kita.
.
.
.
Rahayu
Sumber : Status Facebook Karto Bugel

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed