by

212, Untuk Apa Reuni

Dul Kampret :
Katanya sih untuk mengawal kekuasaan Anis.
Kalau gubernur gak punya reman akan dijadikan bulan -bulanan. Anis hanya sedang memenuhi lumrahnya berkuasa di Indonesia. Ingat dulu Gus Dur. Walaupun punya Banser tapi kan Banser tidak dibuat untuk saling menumpahkan darah. Makanya Gus Dur lengser. Gus Dur tahu kalau Indonesia yang mayoritas muslim kacau baku bunuh, yang senang musuh Barat. Yang rugi Indonesia juga Islam, kita semua kalah jadi abu memang jadi arang.
Forkot dan segala macam temannya di Jakarta hanya akan eksis kalau eskalasinya seperti puncaknya rezim Soeharto dulu. Hari gene mana bisa dibangkitkan. Alat-alat negara dijadikan rebutan oleh reman untuk kepentingannya. Paloh dan Mega rebutan jaksa. Konon, alat jaksa limatahun dicurigai dijadikan alat mendongkrak Nasdem. PDIP cemburu. Alat negara seperti dikapling-kapling seperti lahan parkir ujungnya Japre (jatah preman). Raja preman hidup aman. Preman mikung taruhannya muka bonyok dipukuli masa. Apapun makanannya minumnya Teh Botol Sosro. Apapun institusi atau organisasinya, modelnya harus preman. Gak reman gak aman. Lihatlah 212, FPI dari tinjauan sudut pandang premanologi. Itu akan lebih mudah. Kalau yang dipakai kesing Islam, itu sangat maksuk akal dan waras. Dawet saja merek Punokawan, tak ada merek Togog. Toko jelek saja namanya Toko Pandawa. Tidak ada Toko Kurawa. Pelacur tidak akan sudi dibilang lonte. Ada namanya Solihin kerjanya adu ayam terus. Jangan terjebak nama. Tapi simak hakikatnya. HTI, FPI, Wahabi, 212 tidak ada saat mendirikan Indonesia. Mereka baru ada setelah Perang Dingin mau selesai dan Amerika butuh musuh baru untuk industri
alat perangnya. Yakni memusuhi dunia Islam. Yang selama ini Uni Sovyet korban propaganda Barat sekarang Dunia Islam jadi korban propaganda Barat. Begitu kata Putin.

Pace Yaklep :
Barang kali yang selama ini terjadi di Papua juga tidak jauh beda ya Dul dari remanisme di Jakarta. Hakekatnya baku-tipu rame rakyat yang dikorbankan. Begini-begini ini yang Tuhan marah.

Wan Bodrex:
Butuh kembali kepada narasi awal kesepakatan bangsa, falsafah Pancasila. Tapi Kang Mat kemana ya, pergi lama sekali. Bangsa ini berdosa kepada Pancasila karena menafsir sembarang dan menterlantakannya.

Angkringan filsafat pancasila

Sumber : Status Facebook Abdul Munib

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed