by

100 Juta Itu…

 

Ketidak dewasaannya makin terasa saat anaknya dipaksa mengikuti pilkada Jakarta, karir militer ditentara dikorbankan demi mengejar jabatan, kita tau itu sebagai jembatan untuk sebuah kedudukan yg lebih mapan. Dan sekarang kita bisa merasakan bagaimana dia menjual anaknya untuk sebuah jabatan kelas atas, jadi ketua RT saja anaknya tak pernah, kita dipaksa menerima presiden atau wapres yg pengalamannya peres. Ini tidak fair untuk sebuah negara dengan penduduk 256 juta jiwa, ini tidak fair untuk mengurusi 100 juta orang miskin yg akan dientaskan, kita hanya dikasi seorang anak ingusan yg mengentaskan kekanak-kanakannya saja masih jauh dari bisa. Kita bisa celaka semua.

Kritikan kemayu dan mendayu-dayu tentang 100 jt orang miskin yg ternyata tak valid, menandakan yg ngomong sedang sakit, kelompok ini memang sudah lama sakit, sekarang bergerombol untuk sebuah konsfirasi menghadang Jokowi, presiden yg telah berhasil mengeluarkan Indonesia dari cengkaraman ketidak benaran dalam kurun waktu yg cepat, walau masih awal, tapi ini sebuah usaha yg harus dikawal, kita tidak biarkan Indonesia di begal oleh orang abal-abal, karena Indonesia bisa kembali di jual.

100 juta itu, atau berapa saja bilangan kemiskinan adalah sebuah keniscayaan yg harus dientaskan bukan dijadikan bahan kritikan untuk menjatuhkan. Terima kasih Pak Habibie, terima kasih Bu Mega, kalian berdua cukup dewasa tidak asal bersuara untuk hal-hal yg rendah harganya. Negara ini butuh pemimpin dengan kejujuran, dengan keseriusan, dengan kematangan akhlak, bukan badan besar tapi kelakuan kayak anak-anak, rakyat jadi MUAK.

Ngomongnya isuk dele sore tempe, lebay lu ah..

 

(Sumber: Facebook Iyyas Subiakto)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed